Dalam dunia sastra, mood adalah salah satu elemen penting yang dapat menggiring pembaca ke dalam cerita. Mood menciptakan suasana dan perasaan yang mendalam, membuat pembaca merasakan emosi yang dihadapi oleh karakter dan penulis. Mood dalam sebuah karya sastra tidak hanya ditentukan oleh plot cerita atau setting, melainkan juga dipengaruhi oleh gaya penulis dan karakter yang terlibat. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana penulis dan karakter dapat mempengaruhi mood dalam karya sastra.
1. Gaya Penulis
Gaya penulis memainkan peran kunci dalam menciptakan mood dalam sebuah karya sastra. Setiap penulis memiliki gaya penulisan unik mereka sendiri, yang mencakup pilihan kata, struktur kalimat, dan nada keseluruhan. Gaya penulis dapat memengaruhi mood dengan cara berikut:
a. Tersirat atau Tersurat: Penulis dapat menggunakan kata-kata untuk secara langsung menggambarkan suasana hati atau emosi karakter dalam cerita, atau mereka dapat menggunakan gaya yang lebih tersirat, membiarkan pembaca menafsirkan perasaan dan suasana hati melalui adegan, dialog, atau deskripsi.
b. Gaya Naratif: Cara penulis menceritakan kisah juga berpengaruh besar. Seorang penulis dapat memilih untuk menceritakan cerita dari sudut pandang orang pertama, ketiga, atau sudut pandang karakter tertentu. Pilihan ini akan memengaruhi sejauh mana pembaca merasa dekat dengan karakter dan suasana hati yang dihadapi.
c. Bahasa dan Irama: Penggunaan bahasa yang kuat dan ritme yang tepat dapat meningkatkan mood dalam cerita. Misalnya, penggunaan bahasa yang kiasan atau metaforis dapat menciptakan kesan mendalam dalam penjelasan karakter dan situasi.
2. Karakter dalam Karya Sastra
Selain penulis, karakter dalam sebuah karya sastra juga memiliki dampak besar pada mood cerita. Mood dapat berubah-ubah tergantung pada peran, sifat, dan perkembangan karakter. Berikut adalah beberapa cara karakter memengaruhi mood:
a. Karakter Protagonis vs. Antagonis: Karakter protagonis yang kuat dan penuh emosi dapat mempengaruhi pembaca untuk merasakan empati dan ketertarikan. Sebaliknya, karakter antagonis yang kuat dapat menciptakan ketegangan dan konflik yang mengarah pada mood yang berbeda.
b. Perkembangan Karakter: Perubahan dalam karakter sepanjang cerita dapat menciptakan mood yang berbeda. Jika seorang karakter awalnya sangat pesimis dan akhirnya menemukan harapan, ini bisa menciptakan mood yang optimis. Sebaliknya, jika karakter utama mengalami perubahan negatif, mood cerita bisa menjadi suram.
c. Hubungan Antarkarakter: Interaksi dan hubungan antara karakter dapat memberikan berbagai nuansa mood. Percintaan, persahabatan, atau konflik antar karakter dapat menciptakan suasana hati yang berbeda dalam cerita.
Zahira Media Publisher © 2021