Menulis sering kali dianggap sebagai aktivitas yang hanya cocok bagi mereka yang “berbakat”, jago merangkai kata, atau punya banyak ide luar biasa. Padahal, kenyataannya sangat jauh dari itu. Menulis bukan soal bakat semata, melainkan soal keberanian untuk mulai dan konsistensi untuk terus melangkah.
Banyak penulis hebat memulai dari hal-hal sederhana: buku harian, blog pribadi, atau cerita pendek yang tidak pernah dipublikasikan. Mereka bukan langsung jago, tapi mereka mau memulai. Dan di sinilah titik pentingnya: memulai.
Jika kamu sedang berada di titik awal perjalanan menulismu dan merasa ragu, takut, atau bingung, kamu tidak sendiri. Artikel ini ditulis khusus untuk kamu—untuk memberi dorongan awal melalui tiga tips dasar yang sederhana namun sangat penting dalam dunia menulis.
Salah satu kesalahan umum yang dilakukan pemula adalah terlalu memaksakan diri untuk menulis sesuatu yang terdengar “keren”, “berat”, atau “intelektual”. Padahal, kekuatan terbesar dalam menulis justru terletak pada kejujuran dan keotentikan.
Kamu tidak harus menulis tentang politik, filsafat, atau sejarah dunia. Cukup tulis tentang hal-hal yang kamu alami, kamu pikirkan, atau kamu rasakan. Ini beberapa contohnya:
Cerita waktu kecil yang masih kamu ingat jelas
Momen mengharukan saat membantu orang lain
Proses belajar yang membuatmu frustrasi tapi akhirnya berhasil
Kebiasaan unik yang kamu miliki
Pandanganmu terhadap hal-hal sederhana seperti hujan, senja, atau secangkir kopi
Dengan menulis dari pengalaman dan pengetahuanmu sendiri, kamu akan merasa lebih percaya diri, dan pembaca pun akan merasakan kejujuran yang kamu hadirkan. Kamu tidak sedang membuat dongeng kosong, kamu sedang membagikan sudut pandang yang unik—dan itu berharga.
“Jangan remehkan cerita kecilmu. Bisa jadi itu kisah yang orang lain butuhkan hari ini.”
Ini adalah nasihat paling penting dan paling sering dilupakan: draf pertama tidak perlu bagus, yang penting selesai.
Banyak calon penulis merasa harus menulis dengan sempurna sejak kalimat pertama. Ini membuat proses menulis terasa berat dan menakutkan. Kamu mengedit terlalu dini, menghapus terlalu banyak, lalu menyerah karena merasa tulisanmu tidak layak.
Padahal, tidak ada penulis yang langsung membuat mahakarya dalam satu kali duduk. Semua tulisan bagus adalah hasil dari proses panjang: draf → revisi → sunting → baca ulang → revisi lagi.
Tugasmu saat memulai bukan untuk menciptakan tulisan sempurna, tapi untuk menyelesaikan tulisan. Tulislah seolah-olah tidak ada yang akan membacanya. Biarkan ide mengalir, biarkan pikiranmu bekerja bebas tanpa gangguan kritik.
“Tulisan yang selesai, walau tidak sempurna, tetap lebih baik daripada tulisan sempurna yang tidak pernah dimulai.”
Jika kamu masih ragu, ingatlah bahwa setiap kesalahan adalah batu loncatan. Tulisan pertama mungkin penuh kekurangan, tapi itu adalah fondasi dari karya-karya besar yang bisa kamu hasilkan nanti.
Satu hal yang membedakan penulis yang berkembang dengan yang berhenti di tengah jalan adalah kebiasaan.
Menulis itu seperti otot—semakin sering kamu melatihnya, semakin kuat dan luwes kemampuanmu. Tapi kalau kamu hanya menunggu "mood" atau inspirasi datang, kemungkinan besar kamu hanya akan menulis sesekali dan berhenti setelah beberapa minggu.
Cobalah membangun rutinitas sederhana. Tidak harus langsung satu jam atau satu halaman. Kamu bisa mulai dengan:
Menulis 10 menit setiap pagi
Membuat jurnal harian sebelum tidur
Menulis caption Instagram yang lebih bermakna
Membuat catatan harian dari hal-hal kecil yang kamu pelajari
Buat komitmen kecil tapi konsisten. Daripada menulis sekali seminggu selama 2 jam penuh tapi melelahkan, lebih baik menulis 15 menit setiap hari secara ringan dan menyenangkan.
Jika perlu, buat kalender menulis. Tandai hari-hari saat kamu menulis dan lihat bagaimana kamu membangun kebiasaan yang produktif.
“Penulis bukan mereka yang paling berbakat, tapi mereka yang tidak berhenti menulis.”
Jangan biarkan rasa takut atau perfeksionisme menghentikan langkahmu. Dunia tidak butuh tulisan sempurna. Dunia butuh tulisan yang jujur, yang datang dari pengalaman, pandangan, dan perasaanmu sendiri.
Ingatlah bahwa kamu bukan satu-satunya yang pernah ragu, bingung, atau merasa tidak layak disebut “penulis”. Semua penulis pernah berada di titik itu. Tapi mereka terus menulis—dan karena itu, mereka berkembang.
Jadi hari ini, bukalah buku catatanmu, laptopmu, atau aplikasi catatan di ponselmu. Tulis satu paragraf saja. Esoknya, tambah satu lagi. Mungkin minggu depan, kamu sudah menyusun satu cerita pendek, dan bulan depan, siapa tahu kamu sudah menulis naskah buku pertamamu.
Menulis adalah perjalanan. Dan kamu bisa memulainya hari ini.
Zahira Media Publisher © 2021