Salah satu kesalahan umum penulis adalah mengambil topik yang terlalu luas. Akibatnya, pembahasan jadi melebar dan sulit dipahami. Pilihlah topik yang spesifik, relevan, dan sesuai kebutuhan pembaca akademik. Misalnya, jangan hanya “Literasi Digital”, tapi persempit menjadi “Literasi Digital untuk Pencegahan Hoaks pada Mahasiswa”.
Buku akademik tidak bisa ditulis sembarangan. Gunakan struktur yang jelas mulai dari pendahuluan, landasan teori, metodologi, hasil pembahasan, hingga kesimpulan. Dengan struktur yang runtut, pembaca akan lebih mudah memahami alur isi bukumu.
Buku akademik harus berbasis data dan kajian ilmiah. Gunakan referensi terbaru dari jurnal, buku, atau penelitian terdahulu. Jangan hanya mengandalkan opini pribadi. Semakin valid sumber yang digunakan, semakin tinggi pula kredibilitas bukumu.
Ini nih yang sering diabaikan penulis! Banyak penulis terjebak menyalin tulisan orang lain tanpa sadar. Padahal, plagiasi bisa membuat bukumu ditolak penerbit bahkan berpotensi terkena masalah hukum. Solusinya, gunakan teknik parafrase, sitasi, dan daftar pustaka sesuai gaya penulisan akademik (misalnya APA7).
Bahasa akademik bukan berarti harus rumit. Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis tanpa penjelasan. Gunakan gaya bahasa ilmiah tapi komunikatif, sehingga pembaca tidak merasa terbebani saat membaca.
Naskah pertama jarang langsung sempurna. Lakukan review berkali-kali, minta pendapat dari teman sejawat atau dosen, lalu perbaiki sesuai masukan. Jangan ragu menggunakan editor profesional atau penerbit yang berpengalaman untuk membantu menyempurnakan bukumu.
Menulis buku referensi akademik memang membutuhkan ketekunan, tapi hasilnya akan sangat bermanfaat. Dengan mengikuti keenam tips di atas, peluang bukumu untuk menjadi rujukan yang berkualitas akan semakin besar.
Jadi, jangan tunggu lama lagi. Mulailah menulis dari sekarang, dan biarkan karyamu memberi kontribusi nyata bagi dunia akademik!
Zahira Media Publisher © 2021