Aku memberi judul bukuku Bondo Nekad: Tekad wong ndeso jadi legislator, adalah semangat keberanian, Kenekadan dan Keberuntungan Seorang Anak Desa, Merupakan sebuah jalan panjang perjuangan hidup kulalui layaknya roda pedati, terus berputar ada saatnya diatas dan dibawah menjadi tumpuan kekuatan di jalan.
Seperti kisah yang aku tuliskan ini, tanpa bondo bukan berarti matinya sebuah aktivitas dan kreativitas, tetapi tan-pa bondo (Modal-Materi, harta) juga adalah kekuatan, ka-rena dengan manajeman “kenekadan” maka akan menjadi potensi duwe atau olehbondo (punya atau dapat harta).
Bondo Nekad bukanlah sebuah prilaku yang semata-mata mengandalkan kenekadan, namun harus mempertim-bangkan logika, akal sehat, prediksi yang presisi – kapan harus bondo nekad. Jika tidak, maka bondo nekad hanya merupakan emosi sesaat, kegilaan sesaat yang dapat meru-gikan diri sendiri.
Ingat pitutur Jawa: wong pinter kalah karo wong bejo (orang pintar kalah dengan orang yang beruntung), dengan metode pitutur: sluman slumun slamet – strategi yang ru-mit, namun berhasil dan sukses diterapkan.
Mari kita gali suatu manajemen potensi bondo nekad yang ada pada diri kita, jika kita tidak memilki bondo-bondo yang lain. Tidak memiliki bondo bukan jalan untuk frustasi, melainkan jalan yang harus kita cari agar men-dapatkan rezeki, dan terlebih penting lagi, adalah kita se-lalu diberikan keselamatan. Tanpa adanya gangguan. De-mit ora ndulit, setan ora doyan.
Zahira Media Publisher © 2021